Kamis, Juli 06, 2006

Mengapa Minder dengan Kondisi Keluarga?


Assalamualaikum wr. wb.

Yang terhormat ibu Anita,
Saya seorang muslimah berusia 25 tahun. Saat ini saya sedang menyelesaikan S2 di sebuah negara di Eropa dengan bekal beasiswa. Saat ini saya merasa sudah saatnya untuk menikah dan saya berniat mencari seorang suami.

Masalah saya adalah, tiap kali saya bertemu dengan seorang pria baik-baik, saya selalu dihinggapi perasaan tidak percaya diri. Saya kadang merasa tidak cukup cantik (walaupun teman-teman banyak yang berkata sebaliknya), tidak cukup pintar (dan saya sedang S2?), tidak cukup populer (walaupun teman saya tidak punya terlalu banyak teman, teman-teman saya kebanyakan teman yang setia dan sangat menyayangi saya), dan terlebih lagi saya merasa bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan secara materi.

Hal ini terus terang membuat saya bingung. Saya memang berasal dari keluara yang sederhana. Ayah saya hanya pedagang buah di pasar dan ibu saya penjahit. Kami tinggal dirumah yang sederhana yang tidak pernah direnovasi selama 20 tahun. Walaupun demikian, mereka mendidik anak-anaknya dengan pendidikan agama yang baik. Dalam bidang ilmu umum, anak-anaknya pun tidak mengecewakan (kami berhasil masuk ke PTN).

Namun mengapa saya masih malu jika ditanya apa pekerjaan ayah saya. Kebanyakan teman mengira saya datang dari keluarga menengah. Dan saya membayangkan bagaimana jika calon suami saya datang ke rumah, bagaimana jika dia tahu calon mertuanya bukan pejabat dan semua kekhawatiran yang saya sadar sangat konyol.

Sebelumnya, sewaktu saya masih S1 ada seorang pria yang sangat saya suka ingin menikahi saya. Namun saat itu keluarga saya dalam kondisi yang tidak memungkinkan sehingga saya meminta ditunda. Namun ternyata kemudian ia memutuskan untuk menikahi muslimah lain yang lebih cantik, berasal dari keluarga berada dan sudah S2. Apakah itu ada kaitannya dengan perasaan minder saya, bahwa saya berpikir laki-laki itu, bahkan seorang aktifis dakwah bisa meninggalkan seorang perempuan untuk perempuan lain yang lebih cantik, dari keluarga berada dan sebagainya? Pengalaman ini terulang lagi beberapa waktu belakangan ketika ada seorang pria lainnya yang memberikan indikasi tertarik pada saya namun kemudian akhirnya menikah dengan wanita lain yang lebih muda, cantik dan berasal dari keluarga yang sangat berada.

Terus-terang perasaan semacam ini mengganggu ketika saya ingin memenuhi setengah agama saya. Saya tidak pernah berani maju, ataupun jika berani, saya dihantui oleh perasaan minder saya sendiri.

Bagaimana menurut ibu cara untuk mengatasi perasaan tidak pede ini? Apa akar permasalahannya?

Wassalamu'alaikum,

H

Jawaban

Assalammu'alaikum wr. wb.

Saudari H yang sholehah,

Mengalami kekecewaan beberapa kali memang dapat membuat orang jadi tidak percaya diri. Apalagi jika kejadian yang ada seolah menguatkan kekhawatiran anda pada hal yang memang menjadi kelemahan (menurut anda). Nampaknya apa yang telah anda alami telah membuat perasaan minder yang mungkin sudah lama dirasakan semakin kuat.

Perasaan tidak percaya diri memang dapat muncul dari perasaan tidak sama dengan yang lain. Lingkungan yang anda tinggali saat ini misalnya berasal dari orang-orang yang umumnya lebih baik secara perekonomian dan lingkungan yang ada pun menonjolkan hal itu, maka akan ikut mempengaruhi cara pandang anda terhadap diri sendiri.

Namun sebenarnya rasa tidak percaya diri atau minder juga berasal dari seberapa besar penerimaan kita terhadap diri dan kehidupan kita. Semakin besar rasa nyaman terhadap kehidupan yang kita miliki maka semakin besar juga perasaan percaya diri kita terhadapnya. Dan diri serta keluarga yang kita miliki adalah bagian dari kehidupan kita yang seharusnya diterima.

Ukhti yang sholeha, cara untuk melepaskan diri dari rasa tidak percaya diri adalah dengan merubah cara pandang anda terhadap apa yang anda miliki saat ini serta keikhlasan anda untuk menerima apa yang sudah Allah berikan kepada anda saat ini.

Karenanya pertama lihatlah diri anda sebagai seorang yang unggul, misalnya dengan segala keterbatasan ekonomi yang keluarga anda miliki namun anda berhasil mendapatkan pendidikan yang tinggi di luar negri. Tidakkah itu menunjukkan keunggulan potensi diri anda di antara orang-orang yang memiliki latar belakang keluarga yang sama?

Yang kedua, ketika anda hendak menikah dengan seseorang maka carilah orang yang bisa menerima diri anda apa adanya dan bukan melihat anda hanya sebagai sosok yang hebat dengan kelebihannya. Karenanya ketika ada orang yang membatalkan pernikahannya dengan anda hanya karena kondisi keluarga maka dia memang bukan orang yang tepat untuk anda.

Oleh karena itu jangan pernah menutupi kelemahan anda. Bersikaplah jujur pada diri sendiri dan anda akan merasa nyaman ketika pasangan anda menerima anda sebagai sosok diri anda yang utuh. Perasaan percaya diri andapun akan meningkat jika menikah dengan laki-laki yang menghargai anda sebagai diri anda sendiri. Ketika anda bisa menerima diri anda dan menghargainya maka orang lain akan melakukan hal yang sama dengan diri anda. Jadi mulailah dari diri sendiri untuk menghargai apa yang sudah anda miliki. Wallahu'alambishawab.

Wassalammu'alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.

Tidak ada komentar: