Kamis, Juli 20, 2006
Kisah Sahrudin: Saya Kira Langit Mau Runtuh
“Langit tiba-tiba gelap, saya pun hanya bisa bertakbir Allahu Akbar, Allahu Akbar berkali-kali, karena saya pikir langit mau runtuh dengan bunyi gemuruh yang mengerikan. Ini kiamat, pasti ini kiamat. Saya kembali mengucap takbir berkali-kali,” Sahrudin (34) menceritakan detik-detik gempa dan tsunami yang menerjang kawasan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (17/7) sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat itu, Sahrudin, warga desa Bulak Laut, Kecamatan Pangandaran itu tengah memetik buah kelapa. Ketika dirinya sedang berada di atas pohon kelapa itulah, ia melihat langit sangat pekat dan mengira atap bumi akan runtuh menimpa semua yang berada di bawahnya. Kengerian semakin dirasakannya saat mendengar gemuruh yang memekakan telinga. Sahrudin masih bergelantungan di pohon kelapa ketika ia sadar bahwa warna pekat di langit yang dilihatnya itu adalah air laut yang meninggi. “Kira-kira tujuh meter lah,” ujar Sahrudin.
Saat sadar itu ia pun teringat keluarganya, yakni istri dan dua anaknya. Namun ia sendiri tak mampu berbuat apa-apa selain tetap bergelantungan di pohon kelapa karena air laut sudah tinggi. Sahrudin hanya bisa berdoa agar istri dan anak-anaknya selamat. Baru setelah air surut ia segera mencari keluarganya ke bukit, sementara ia menyaksikan kampungnya sudah porak poranda. “Semua orang saya lihat lari ke bukit dan saya yakin keluarga ikut lari ke sana,” keyakinan Sahrudin berbuah hasil. Dan Alhamdulillah lelaki pemetik kelapa itu masih bisa bertemu seluruh anggota keluarganya dengan selamat.
Kisah lain diceritakan Slamet (78). Lelaki renta ini tidak sadar pada saat tsunami menerjang kampungnya. “Anak-anak berlarian, saya kira mereka mengejar layang-layang atau ada pesawat lewat, makanya saya melihat terus ke langit. Eh, tahu-tahu separuh tubuh saya sudah terendam air laut,” cerita Slamet.
Slamet pun tergulung ombak dan sekuat tenaga mencoba menyelamatkan diri. Untungnya, air membawanya ke arah dataran tinggi, sehingga ia bisa berlari ke arah bukit bergabung bersama para penduduk lainnya.
Sahrudin dan Slamet boleh bersyukur selamat dari bencana. Tetapi tidak dengan puluhan warga lainnya di desa Bulak Laut, Pantai Barat, Pangandaran, Ciamis. Sedikitnya 60 warga di Pantai Barat tersebut meninggal dan hilang tersapu tsunami. Hingga Rabu Pagi (19/7), korban meninggal akibat gempa dan tsunami tercatat 299 orang dan luka-luka sebanyak 610 orang. (Bayu Gawtama)
Kerjasama Eramuslim dan Aksi Cepat Tanggap
Rekening :
BSM Warung Buncit No. 0030124084 a.n. Eramuslim - ACT
BCA Megamall Ciputat No. 6760303028 a.n. Aksi Cepat Tanggap - Eramuslim
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar