Senin, Juli 31, 2006

Komplikasi Diabetes, Liver dan Hepatitis C


Ass. wr. wb.

Bapak Buntoro yang terhomat,

Saya mempunyai seorang adik laki-laki usia 30 Tahun, beberapa tahun terakhir ini sering terserang penyakit, saat ini dia menggidap penyakit komplikasi diare, diabetes, liver dan terakhir divonis hepatitis C,
nilai S/Co nya: 31,25 standart <>

Dari hasil OSG liver disimpulkan: non spesifik, menyokong kronik hepatitis, organ-organ lainnya normal.

Selama di rumah sakit 3 hari dengan pola makan dan perawatan yang jauh lebih baik, justru terjadi penurunan kesehatan. Dari berat 49 Kg menjadi 45 Kg, SGOT dari 257 menjadi 497, SGPT dari 288 menjadi 398.

Hari ini kami bawa pulang ke rumah rawat jalan, mengingat di RS sudah tidak diinfus lagi. Sudah tidak ditensi darah dan ukur suhu tubuh lagi. Yang diberikan docter hanya Vitamin HPPro untuk liver dan dumin untuk penurun panas.

Konfirmasi docter sudah tidak ada obatnya. Sementara para perawat juga sudah mulai jarang memeriksa dirinya.

Adik saya mengkonsumsi narkoba ± sejak usia 17 Tahun, terakhir putaw. Sudah beberapa kali rehabilitasi dan sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu.

Yang kami tanyakan: Apakah penyakit adik saya, masih bisa untuk disembuhkan? Jikalau memungkinkan, obat-obatan herba apa yang bisa adik saya konsumsi? Di mana distributor/agan di Surabaya yang bisa kami hubungi?

Hasil OSG Liver -> Non Specifik menyokong Kronis Hepatitis, apa maksudnya, bisa bantu dijelaskan? Pola makan dan makanan apa saja yang dianjurkan dan yang tidak boleh dikonsumsi?

Apakah benar Penyakit Hepatitis “C” bisa menular, melalui air liur dan darah (bersentuhan dengan darah adik saya via gigitan nyamuk dari dia ke Keluarga yang lain)

Atas bantuan dan jawabannya kami menghaturkan banyak-banyak terima kasih. Mudah-mudahan Allah SWT akan membalas kebaikan bapak.

Ws. Wr. Wb.

Noveyadi

Jawaban

Waalaikumsalam. Wr.Wb

Saudara Noveyadi Yth,

Secara medis, penyakit yang adik anda alami tersebut sangat complicated, sehingga sulit sekali diterapi. Tidaklah mengherankan jika pihak rumah sakit menyerah.

Komplikasi ini disebabkan dua faktor yang berbeda, di satu sisi diabetes tidak terlalu membutuhkan asupan glukosa (gula) oleh karena kadarnya dalam darah sudah cukup banyak. Sedangkan pada sisi lain, kasus gangguan liver, dibutuhkan asupan glukosa, sehingga terjadi kontradiksi terapi yang berbeda. Inilah faktor yang sangat menyulitkan.

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC), ini jenis virus paling ganas di antara hepatitis lainnya. Karena paling sering menyebabkan sisa berupa hepatitis kronik, sirosis hati (kekerasan hati), dan kanker hati primer. Dibandingkan dengan hepatitis B, hepatitis C lebih ganas dan lebih sering menyebabkan penyakit hati menahun. Replikasi (pertumbuhan) virus ini amat produktif dan dapat mencapai 10 triliun sehari.

Virus Hepatitis C (HVC) adalah virus yang amat variatif secara genetik. Selain itu VHC juga memiliki angka mutasi yang tinggi, sehingga virus mutan kerap kali dapat menghindari antibodi tubuh. Hal ini ditambah dengan tingginya produksi VHC mengakibatkan munculnya generasi VHC yang beraneka ragam dan memungkinkan VHC meloloskan diri dari sergapan sistem kekebalan tubuh.

Infeksi Hepatitis C juga disebut sebagai infeksi terselubung (silent infection) karena infeksi dini VHC bias saja tidak bergejala atau bergejala ringan dan tidak khas sehingga umumnya terabaikan. Kebanyakan orang yang memiliki gejala ringan tidak mencari pengobatan ke dokter. Banyaknya orang yang tidak terdiagnosis ini memiliki dampak yang serius karena mereka dapat menjadi carrier (pembawa virus) dan menularkannya ke orang lain tanpa sadar.

Hingga kini belum ditemukan vaksin hepatitis C, maka upaya pencegahan adalah upaya yang terbaik dan dilaksanakan dengan kewaspadaan universal baik terhadap institusi kesehatan maupun perorangan.

Gejala-gejala hepatitis C bisa hilang timbul atau mungkin hanya bersifat temporer. Namun proses kerusakan hati tetap saja terjadi, terlepas ada atau tidaknya gejala. Gejala yang berat bias juga mincul tanpa terjadinya proses kerusakan hativyang permanen.

Gejala biasanya terjadi pada lebih 5% dari seluruh pengidap Hepatitis C. Gejalanya meliputi: rasa letih, demam, menggigil, tidak nafsu makan, mual, muntah, kuning, nyeri perut kanan atas dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Bila mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut, belum tentu terinfeksi VHC. Sangat jarang orang yang terinfeksi VHC mengalami semua gejala Hepatitis C. Bila merasa yakin berisiko tertular Hepatitis C, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

VHC adalah virus yang terkandung dalam darah, sehingga virus ini menyebar/menular melalui darah atau produk-produk darah. Cara penularannya melalui luka tusuk jarum suntik yang tercemar Hepatitis C, transfusi darah (sebelum tahun 1995), karena setelah tahun 1995, bank darah mulai melakukan penapisan donor darah (skrining) secara ketat untuk Hepatitis C.

Cara penularan lainnya dapat melalui akupunktur dan tindikan pada tubuh yang menggunakan jarum yang disterilkan atau tinta yang terkontaminasi, pemakaian barang-barang pribadi secara bergantian (pisau cukur, sikat gigi, handuk, gunting atau pengikir kuku), dan aktivitas seksual antara pasangan yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi.

VHC tidak menular melalui kontak biasa seperti berpelukan, bersin, batuk atau duduk berdekatan dengan pengidap hepatitis C. Hepatitis C jarang ditularkan lewat aktivitas seksual, tetapi ada kecenderungan bahwa mereka yang memilki banyak pasangan seksual juga memilki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi VHC.

Pada kasus adik anda, faktor predisposisi yang mungkin menyebabkan adanya virus tersebut adalah kebiasaan sebagai pecandu narkoba yang sudah cukup lama, sehingga melemahkan fungsi liver. Sedangkan yang dimaksud dengan hepatitis kronis adalah infeksi liver yang menetap, tidak sembuh secara klinis maupun laboratoris atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan. Singkat kata, penyakit ini sudah berlangsung dan menetap lama di dalam tubuh.

Sedikit gambaran tentang patofisiologinya: liver berfungsi sebagai sistem penyangga glukosa darah, jadi apabila sesudah makan kadar glukosa dalam darah meningkat, maka pangkreas akan mensekresi (mengeluarkan) hormon insulin dalam jumlajh 2/3 dari glukosa yang diserap usus pada waktu itu secara singkat lalu disimpan di dalam liver sebagai glikogen.

Insulin di sini mempunyai peranan menurunkan kadar glukosa dalam darah dan membantu menguraiknnya untuk disimpan sebagai glikogen di dalam liver. Bila kadar glukosa dalam darah turun pada waktu tertentu, maka liver akan melepas glukosa kembali ke dalam darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, pada penderita gangguan liver yang parah kita hampir tidak mungkin bisa menjaga kestabilan konsentrasi glukosa di dalam darah.

Sedangkan pada kasus DM, terjadi penurunan kemampuan pengeluaran insulin, sehingga pada saat kadar glukosa darah meningkat, jumlah insulin yang ada tidak bisa mengimbangi kadar glukosa darah, sehingga terjadi penumpukkan glukosa dalam darah.

Untuk pola makan yang tepat, sebaiknya anda berkonsultasi ke ahli gizi di rumah sakit terdekat. Untuk kasus komplikasi seperti ini diperlukan tatalaksana makanan yang tepat agar bisa membantu proses penyembuhan.

Sedangkan herba yang bisa dikonsumsi adalah De Det 2x2 kapsul selama 3 bulan, ditambah dengan Plantisol 3x2 kapsul dan Spirulina, 2x2 kapsul, diminum 30 menit sebelum makan. Kemudian Teh Herba yang telah diseduh di cangkir, diminum ketika hangat, pagi dan sore. Jika masih mengonsumsi obat dokter, sebaiknya diminum 1 jam setelah makan.

Tidak ada komentar: