Senin, Juli 24, 2006

Bagaimana Akad Bagi Hasil yang Baik?


Assalamu alaikum wr. wb.

Saya berniat ingin menjalankan usaha dengan jalan bagi hasil; modal dari pihak lain dan saya kelola menjadi sebuah usaha. Namun saya punya masalah dalam teknis pelaksanaannya. Misalnya saya menerima dana 20 juta dan saya gunakan untuk membuka warung sembako dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Rasanya tidak mungkin jika saya harus mencatat 100% detil jual beli, misalnya ada anak-anak beli permen Rp 500. Sedangkan bagi hasil itu berdasarkan perhitungan keuntungan.

Jadi, bagaimanakah cara yang mudah dan mungkin dilaksanakan agar saya tetap dapat melaksanakan sistem bagi hasil tersebut dengan tidak menyulitkan usaha? Terima kasih.

Wassalamu alaikum wr. wb.

Dedisusanto
ahlurayu at eramuslim.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Mencatat detail penjualan tidak menjadi syarat mutlak untuk mengetahui keuntungan sebuah usaha jualan. Yang penting anda tahu berapa keuntungan usaha itu, baik per bulan atau per tahun.

Seharusnya seorang pedagang harus tahu, berapakah keuntungan yang didapatnya. Teorinya pun sangat sederhana dan bisa dilakukan dengan mudah. Tapi kalau sampai seorang pedagang tidak mampu menghitung keuntungan yang didapat, justru malah menimbulkan tanda tanya. Sebenarnya bisa dagang atau tidak?

Sebab tidak mungkin dan tidak bisa dibayangkan, ada orang dagang lalu setelah berjalan, dia tapi tidak tahu untung apa tidak. Seharusnya, satu rupiah keuntungan yang bisa didapat, dengan mudah terdeteksi.

Barangkali hal ini juga yang membuat banyak orang berdagang, kelihatannya sibuk, capek dan pusing, tapi tidak pernah untung. Bukan karena tidak untung, jangan-jangan karena tidak tahu cara menghitung keuntungan.

Secara sederhana, sebelum bicara bagi hasil, anda harus sepakat dulu dengan pemilik modal tentang nilai modal masing-masing kalau diprosentasekan. Misalnya, anda punya tempat, kios dan rak-raknya serta anda yang jadi pengelola dinilai semua itu selama satu tahun usaha seharga 20 juta. Lalu teman anda siap membeli barang-barang yang akan dijual, juga seharga 20 juta. Sehingga nilai saham anda masing-masing adalah 50%: 50%.

Satu tahun kemudian, tinggal dihitung jumlah keuntungan. Yaitu semua pemasukan (penjualan) dikurangi dengan modal usaha dan semua biaya operasional. Katakanlah didapat angka 50 juta. Maka anda sebagai pengelola mendapat 25 juta dan teman anda sebagai investor mendapat 25 juta.

Untuk bisa mencatat modal dan keuntungan, anda tidak perlu mencatat semua detail penjualan secara manual. Cukup angka besarnya saja. Tapi pencatatan seperti itu bukan hal yang aneh. Buktinya, di hypermart, supermarket atau pusat-pusat perbelanjaan retail, semua penjualan tercatat dengan pasti, lengkap dengan catatan tanggal, jam, nama kasir, lokasi, harga, kode barang dan semua informasi yang dibutuhkan. Sehingga keuntungan tiap item pun sudah bisa terdeteksi. Padahal jumlah itemnya bisa jutaan banyaknya. Dan lalu lintas ke luar masuk barang pun sangat tinggi trafiknya.

Kalau yang retail kelas raksasa bisa mencatat dengan detail tiap transaksi, logika buat kelas warung seharusnya lebih mudah, bukan?

Wallahu a'lam bishshawab, wasssalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.

Tidak ada komentar: