Senin, Agustus 07, 2006

Masalah dengan Mertua


Assalamu'alaikum.

Ibu, saya baru menikah beberapa minggu yang lalu. Proses pernikahan kami tanpa diawali pacaran, jadi saya baru bertemu isteri sesaat setelah akad nikah. Isteri saya kebetulan anak tunggal, ayahnya sudah meninggal awal tahun ini. Sekarang saya tinggal dengan mertua, jadi di rumah mertua ada tiga orang yaitu saya, isteri dan ibu mertua.

Ibu mertua saya beberapa kali pernah memarahi isteri saya (anaknya sendiri) dikarenakan isteri saya menurut beliau lebih memperhatikan saya daripada beliau. Mertua saya ingin, isteri saya lebih memperhatikan beliau apalagi semenjak ditinggal suaminya. Sifat isteri saya cuek sedangkan mertua terlalu perasa.

Sekarang isteri saya ingin kuliah, tempat kuliahnya lumayan jauh dari rumah sehingga harus ngontrak. Saya pun sudah tidak ingin tinggal serumah dengan mertua. Selain ingin kami lebih mandiri saya tidak ingin isteri saya dimarahi lagi sama mertua kalau beliau sedang perasa. Kami ingin tinggal berdua, meski dengan kehidupan seadanya insya Allah lebih tenang. Kami pernah mengutarakan ide untuk ngontrak, tapi ibu mertua tidak mengizinkan karena beliau akan sendirian di rumah.

Saya bingung, di satu sisi kami tidak tega meninggalkan beliau sendirian di rumah di satu sisi lagi, kami merasa terkekang terkadang suasana rumah seperti kuburan. Pernah kami berdua seharian jalan-jalan, begitu pulang mertua ngambek, menganggap kami tidak perduli lagi sama beliau, padahal kami kan masih pengantin baru.

Yang ingin saya tanyakan:
1. Bagaimana sikap saya dan isteri menghadapi sikap mertua seperti itu?
Lebih baik kami ngontrak ataukah tetap serumah dengan mertua?
2. Manakah yang harus didahulukan oleh isteri saya, keinginan saya ataukah keinginan ibunya?
3. Pernah suatu ketika isteri saya sedang dalam kondisi yang capek, ibu mertua pun sama. Ibu mertua menyuruh isteri saya mengambilkan sesuatu untuk beliau, namun karena isteri saya sedang capek, ia ingin istirahat dulu sehingga ia belum bisa memenuhi permintaan ibunya (saat itu saya sedang tidak ada di rumah). Ibu mertua pun marah dan mengatakan kalau isteri saya tidak sayang sama beliau karena tidak memenuhi permintaan beliau, sedangkan ibu mertua pernah bilang ke saya kalau isteri saya tuh tidak boleh terlalu capek. Durhakakah isteri saya?

Demikian, terima kasih atas perhatian ibu.

Wassalamu'alaikum.

P.aya

Jawaban

Assalammu'alaikum wr. wb.

Bapak P yang penyabar,

Sulit juga ya menghadapi orang tua yang suka ngambek? Tentu membuat anda dan isteri jadi serba salah dalam bersikap. Memang menghadapi orang yang perasa membuat mental kadang menjadi lelah karena selalu harus ekstra hati-hati dalam segala hal agar tidak menyakiti. Sebagai pengantin baru yang ingin menikmati kebersamaan tentu anda dan isteri menjadi sangat tidak nyaman dengan situasi tersebut karena ruang gerak pun jadi terbatas.

Nampaknya isteri anda pun jadi serba salah juga dengan situasi demikian, di satu sisi ia ingin berbakti kepada suaminya sedangkan di sisi lain ibunya juga membutuhkan perhatiannya. Apalagi harus berbagi waktu dengan kuliah lagi, wah semakin besar tekanan untuk isteri anda, dalam keadaan lelah pun ibunya tetap menuntutnya memberikan perhatian yang lebih. Melihat situasi demikian, dapat dipahami jika rasa empati anda kepada isteri membuat anda ingin mengajaknya hidup terpisah dari ibu mertua.

Idealnya memang seorang wanita ketika sudah menikah maka menjadi hak suami sepenuhnya. Dan orang tua yang bijak memahami hal tersebut, ketika menikahkan anak perempuannya maka ia merelakan anaknya untuk berbakti sepenuhnya pada suami. Namun sebagai anak tunggal rasanya memang sulit pilihan isteri anda jika ia memilih mengikuti anda untuk tinggal mandiri dan meninggalkan ibunya sendirian.

Mengingat proses pernikahan anda dengan isteri, nampaknya anda juga belum terlalu mengenal ibu mertua, mungkinkah sikapnya yang seperti anda kenal saat ini sebenarnya juga bukan sikap asli beliau? Jika benar saya menduga bahwa sikap beliau saat ini sebagai sindrom ketakutan untuk ditinggalkan oleh orang-orang tercinta yang berarti dalam kehidupannya, karena menurut anda baru beberapa bulan sebelumnya ibu mertua ditinggal oleh suaminya.

Rasa stres atau tertekan ditinggalkan oleh orang yang dicintai bisa berdampak pada perilaku dalam berbagai bentuk. Di antaranya bisa dalam bentuk menuntut perhatian berlebihan dari orang lain yang berarti baginya selain orang yang sudah meninggal. Tuntutan tersebut bisa terjadi akibat proses bawah sadar yang merasa takut untuk mengalami kembali rasa sakit dari ditinggalkan lagi.

Dan mungkin saja ibu mertua anda sedang mengalami hal tersebut sehingga jadi besar tuntutannya kepada anak tunggalnya. Jika anda meminta anaknya pun meninggalkannya pada saat seperti itu maka tak terbayang perasaan sedih beliau yang baru saja ditinggal pergi oleh suaminya. Seolah mimpi buruknya dari ketakutan untuk ditinggalkan orang-orang yang berarti baginya menjadi kenyataan.

Menurut saya saat ini ibu mertua mungkin memang sedang sangat membutuhkan kehadiran dan perhatian dari isteri anda. Yakinkanlah kepadanya bahwa anda dan isteri tidak akan menyia-nyiakan atau membiarkannya tanpa perhatian. Berilah waktu baginya untuk bercerita dan menggungkapkan keresahan jiwanya. Mengeluarkan sedikit demi sedikit apa yang dirasakannya akan dapat mengurangi perasaan sakitnya yang tersembunyi dan bisa berdampak besarpada perilakunya sehingga menjadi lebih baik.

Anda bersama isteri memang punya hak untuk menentukan kehidupan sendiri karena sudah berkeluarga dan wewenang anda juga jika menghendaki demikian dari isteri anda. Hanya haruskah hal itu dilakukan? padahal Rasulullah sampai menekankan 3 kali keharusan berbakti kepada ibu ketika ada sahabat yang menanyakan masalah bakti kepada orang tua. Bukankah keberkahan dari bersabar dan merawat seorang ibu sangatlah besar di sisi Allah? Mungkin lebih besar dari segala kenikmatan dari kebebasan yang dapat anda hirup untuk tinggal berdua dengan isteri tercinta.

Saran saya kepada anda dan isteri bersabarlah bersama ibu yang mungkin saat ini memang sedang sangat membutuhkan perhatian anaknya. Sebagai suami peran anda justru membantu isteri untuk terjaga dari stres dengan memberikan dukungan moril dan tidak terlalu banyak menuntut hak anda karena mengetahui sulitnya ia dalam menjaga ibunya. Insya Allah, ketulusan dan kesabaran yang anda niatkan karena Allah akan berbuah banyak kebaikan untuk keluarga anda ke depan sebagai balasan untuk anak-anak yang berbakti kepada orang tuanya. Wallahu'alambishshawab.

Wassalammu'alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.

Tidak ada komentar: