Assalamu'alaikum wr. wb.
Saya seorang bapak yang mempunyai 2 anak, yang pertama sudah sekolah di playgroup usia 3,5 tahun, yang kedua usia 1 tahun. Yang pertama termasuk anak aktif sehingga banyak sekali permintaan yang kadang-kadang membuat saya tidak sabar, sehingga sering mohon maaf memukul dan membentak (setelah itu saya sangat menyesal). Dan satu lagi dia kayaknya sangat cemburu pada adiknya bila kita perhatian pada si adiknya, dan kadang-kadang sangat manja banget. Bagaimana menghadapi anak yang seperti ini? Sebenarnya saya sadar bahwa dia masih kecil dan tidak tahu mengenai bahwa perbuatannya itu kadang-kadang menjengkelkan orang tua. Bagaimana belajar sabar itu, ya Bu? Saya takut bila saya kebablasan "menghajar anak saya", saya sangat mencintai mereka.
Oh ya, Bu, masa kecil saya, saya sangat bandel dan selalu bikin jengkel keluarga yang lain. Dan saya sering banget dimarahi dan dipukul oleh ibu saya sewaktu kecil. Apakah itu berpengaruh dengan kejiwaan saya yang sering marah terhadap anak saya. Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalam,
Sudarso
soedarso at eramuslim.com
Jawaban
Assalammu'alaikum wr. wb.
Bapak Sudarso yang dimuliakan Allah,
Saya dapat memahami dunia anda dengan anak-anak usia balita, tentu tak mudah kadang menahan emosi sendiri ketika anak menunjukkan sikap yang menjengkelkan. Apalagi anak di usia tersebut juga suka menunjukkan perilaku tantrum (meledak-ledak), yaitu ketika keinginannya tidak dipenuhi. Namun perilakunya yang cenderung sulit menahan diri dari keinginannya merupakan hal yang wajar dari tahapan perkembangannya.
Anak-anak kecil memang memiliki emosi dan keinginan yang kuat dan mereka tidak bisa mencegah jika mereka merasakan dan menghendaki sesuatu, termasuk dalam menahan diri dari kecemburuan karena harus berbagi perhatian dengan adiknya. Sebagai orang tua tentu bapak berhak berkata" tidak" namun jangan berharap bahwa kata-kata bapak tidak akan menyakiti perasaannya, karenanya izinkanlah ia menangis dan tetaplah bersikap lembut meski tetap konsisten dengan larangan bapak.
Namun bersikap tenang kepada anak yang menguras kesabaran memang tidak mudah. Dibutuhkan usaha ekstra bagi kita jika kita sendiri cenderung bersikap temperamental. Salah satu cara mengatasinya jika bapak merasa emosi sudah di "ujung tanduk" maka janganlah terus menghadapi anak tapi mundurlah dulu dan mintalah isteri atau orang lain menangani anak dulu sampai reda emosi.
Cara lain bisa juga dengan banyak menarik nafas, melakukan relaksasi, atau tidak bertindak atau bicara sampai bisa kuasai diri. Jika anak berada di tempat yang aman maka tinggalkanlah dulu anak sendiri untuk memberinya waktu untuk menguasai diri, anak mungkin akan terus menangis tapi tak mengapa, ini lebih baik daripada bapak memukul atau membentaknya. Biarkan anak juga belajar menguasai emosinya, ketika reda barulah peluk ia.
Sedangkan mengenai pola pengasuhan orang tua yang keras memang bisa mempengaruhi pola didik kepada anak, baik disadari atau tidak. Oleh karenanya dalam mengasuhpun kita perlu selalu instropeksi dan terus belajar bagaimana pola pendidikan yang tepat. Jangan sampai kepahitan atau hal yang kurang baik yang pernah kita terima saat menjadi anak akan terulang kembali. Tentu kita mengharapkan ada perbaikan kepada generasi kita berikutnya, bukan begitu pak? Wallahu'alambishshawab.
Wassalammu'alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar