Kamis, Agustus 03, 2006

Manakah Calon Suami yang Tepat?


Ibu Anita, saya seorang muslimah berusia 23 tahun, semenjak 3 tahun ini saya tengah bekerja di sebuah perusahaan swasta di ibukota. Selama 7 tahun belakangan ini, semenjak saya SMA saya sudah dekat dengan seorang pria, sebut saja si A. Keluarga kami sudah saling mengenal, saya sendiripun sudah akrab dengan hampir seluruh anggota kelurganya.

Tetapi, setiap kami berniat untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius, selalu terhalang dengan hilangnya keyakinan saya akan semua. Dan akhirnya niat baik itupun harus tertunda sampai sekarang.

Bu Anita, yang saya heran setelah sekian lama saya menjalani semua ini, saya tidak pernah yakin bahwa kelak dialah yang akan jadi suami saya. Si A dan saya berpacaran jarak jauh selama 3 tahun belakangan ini karena saya harus bekerja di ibukota, sedangkan dia tetap berada di kota tempat tinggalnya, Yogyakarta. Selama 1 tahun belakangan ini saya kenal dengan seorang pria rekan kerja saya, sebut saja si B. Karena frekuensi pertemuan yang sering, dia jatuh hati terhadap saya, sedangkan saya masih tetap pada komitmen bersama si A.

Tetapi seiring waktu saya dan si B makin dekat dan sering bersama, karena kebersamaan itu saya mengenal si B sebagai sosok yang jauh lebih baik dengan si A. Satu yang saya kagumi, dia adalah seorang muslim yang baik menurut saya, shalat, puasa sunah dan ibadah lainnya nggak pernah luput dia laksanakan. Perilakunya yang baik, sopan, adalah idaman semua wanita, dan swmua orang tua.

Yang saya bingungkan sekarang, apa yang harus saya lakukan mengingat lamanya hubungan saya dengan si A sangat memberatkan saya untuk meninggalkannya? Sedangkan walaupun dengan tidak adanya rasa cinta kepada si B, tapi seolah saya yakin bahwa dia calon suami yang baik buat saya, mengingat sifat dan akhlak dia jauh lebih baik dari si A. Dan yang paling utama, walaupun belum tumbuh rasa cinta saya terhadap si B, tapi keyakinan yang selama ini saya cari perlahan tumbuh.

Bu Anita, saya bingung apa yang harus saya lakukan? Langkah apa yang harus saya ambil agar tidak menyakiti keduanya dan untuk mencapai masa depan yang terbaik untuk saya mengingat usia saya sekarang sudah cukup untuk menikah? Mohon pencerahannya, ya Bu.

Jazakillah, semoga Allah membalas kebaikan ibu.

DUM

Jawaban

Assalammu'alaikum wr. wb.

Saudari D yang dimuliakan Allah,

Berat ya jika kita harus memutuskan sesuatu yang sekiranya bisa menyakitkan orang lain. Tentu anda ingin bahwa sebisa mungkin menghindari keputusan yang bisa melukai perasaan orang lain, namun menjalin hubungan sebelum proses pernikahan memang beresiko untuk menyakiti atau disakiti karena pacaran berarti berkomitmen secara emosi tapi tanpa konsekuensi hukum yang jelas.

Mengikat emosi kita pada seseorang tanpa status yang jelas pasti punya konsekuensi untuk terluka hatinya. Dan pacaran bukanlah hubungan sah yang diakui oleh agama sehingga melakukannya juga tidak mengikat anda untuk harus dinikahi. Berbeda dengan khitbah yang meski juga tidak pasti dinikahi tapi jelas prosesnya diniatkan untuk menikah.

Jika mau kembali kepada tuntunan agama seharusnya anda memang membatasi hubungan dengan lawan jenis dan tidak mengikat komitmen dengan laki-laki apalagi jika tidak yakin akan menikah dengannya. Yakini dulu siapa lelaki yang ingin anda nikahi, kemudian lakukan proses perkenalan singkat dengannya dan keluarganya bersama mahrom anda. Jika sudah yakin barulah putuskan untuk menikah.

Masalah cinta jika anda sudah merasa cocok dan yakin kepadanya maka bisa ditumbuhkan dalam pernikahan. Yang terpenting ada usaha dari anda untuk menumbuhkan dan merawat cinta dalam pernikahandan anda yakin akan bisa mencintainya. Sedangkan mengenai siapa yang lebih baik untuk anda nikahi maka anda yang mengenal mereka sehingga hanya anda sendiri yang bisa memutuskan.

Saran saya hanyalah utamakan keimanan dan agama pasangan hidup anda, karena beruntunglah seorang wanita yang dipimpin oleh kepala rumah tangga yang baik agama dan akhlaknya. Tapi untuk menentukan agama seseorang tentu juga bukan sekilas pandang namun dapatkan juga informasi tersebut dari keluarganya atau orang lain yang dekat dengannya, karena banyak juga wanita yang terkecoh dengan penampilan luar tapi aslinya tidak demikian.

Jadi hati-hati ya mbak dalam memilih suami. Mintalah selalu bimbingan Allah SWT, lakukanlah sholat sebelum memilih dan putuskanlah ketika hati sudah yakin dan bukan dalam keraguan. Wallahu'alambishshawab

Wassalammu'alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.

Tidak ada komentar: