Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Ustaz, ma'af, saya langsung ke inti pertanyaan. Kapankah batasan waktu dan jam atau hari-hari yang baik yang dianjurkan untuk kita berziarah kubur seandainya misal 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu tgl 23 September 2006?
Ada berbagai pendapat yang saya terima dan sepertinya saya belum puas sebelum Ustaz menjelaskannya berikut jika ada hadits-hadits pendukung tentang hal ini, juga pendapat masing-masing Imam Mazhab.
Billahi sabililhaq
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Jhoni Wisma Wansyah
jwansyah at eramuslim.com
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sayang sekali ternyata kami tidak menemukan dalil yang menganjurkan waktu yang paling baik untuk berziarah kubur. Apalagi jika dikaitkan dengan kedatangan bulan Ramadhan. Yang ada hanyalah anjuran untuk berziarah kubur, karena mengingatkan kita kepada kematian. Tapi waktunya tidak pernah ditentukan. Jadi boleh kapan saja, tidak harus menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Adapun kebiasaan yang sering kita saksikan di tengah masyarakat untuk berziarah kubur menjelang datangnya Ramadhan, kami yakin bahwa mereka melakukannya tanpa punya dalil yang eksplisit dari nabi SAW. Dalil yang mereka gunakan hanyalah dalil umum tentang anjuran berziarah kubur. Sedangkan dalil yang mengkhususkan ziarah kubur menjelang Ramadhan, paling tinggi hanya sekedar ijtihad. Itu pun masih sangat mungkin disanggah.
Beliau SAW tidak pernah menganjurkan secara tegas bahwa bila Ramadhan menjelang, silahkan kalian berziarah ke kuburan-kuburan. Atau kalau ke kuburan jangan lupa pakai pakaian hitam-hitam, dan juga jangan lupa bawa kembang buat ditaburkan. Sama sekali tidak ada nashnya, baik di Al-Quran maupun di Sunnah nabi-Nya.
Dan memang semua fenomena itu terjadi begitu saja, tanpa ada ulama yang memberian arahan dan penjelasan. Padahal masyarakat kita ini terkenal sangat agamis dan punya semangat besar untuk menjalankan agama. Sayangnya, mereka tidak punya akses untuk bertanya kepada para ulama syariah yang ahli di bidangnya.
Yang tersedia hanya para penceramah, da'i, atau ahli pidato yang digelembungkan namanya lewat media massa, sehingga sangat tenar bahkan masuk ke wilayah selebriti, tetapi sayangnya mereka kurang punya perhatian dalam masalah hukum Islam, apalagi sampai kepada kritik sanad hadits-hadits nabawi.
Ini perlu dipikirkan agar jangan sampai kejahilan di tengah umat ini terus-menerus terjadi, bahkan menjadi tradisi. Sudah waktunya bila umat ini punya akses kuat kepada para ulama ahli syariat, untuk meluruskan kembali kehidupan mereka sesuai dengan syariat Islam yang lurus. Jauh dari pola ikut-ikutan tanpa manhaj yang benar.
Namun sekedar mencaci dan mengumpat atau menuduh bahwa mereka itu ahli bid'ah, atau jahiliyah, atau tidak sejalan dengan manhaj ahli sunnah, tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan dalam banyak kasus, malah akan menimbulkan masalah.
Kita berharap proses pencerahan umat untuk mengenal syariah ini tidak terkotori dengan adab yang buruk, atau dengan sikap arogan, yang hanya akan membuat objek dakwah kita semakin menjauh. Yang dibutuhkan adalah pemberian pemahaman secara simpatik, cerdas, dan tetap menghargai serta tidak mempermalukan.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar