Rabu, September 06, 2006

Feng Sui dan Rumah Tusuk Sate


Assalamu Alaikum

Pak Andan, saya mau menanyakan mengenai letak rumah kami yang menurut beberapa orang letak/posisinya adalah tusuk sate secara Feng Sui. Katanya rumah yang tusuk sate ini tidak bagus. Sebenarnya yang dikatakan letak tusuk sate itu seperti apa? Memang rumah saya letaknya letter T/tusuk sate seperti yang dikatakan orang rumah saya langsung menghadap jalan masuk. Sebenarnya bukan jalan raya yang banyak kendaraan lalu lalang hanya jalan kecil di sudut perumahan dan kendaraan yang lewat pun hanya warga yang rumahnya di depan/belakang rumah saya.

Dari arah kiri dan kanan nya bukan jalan langsung, sisi kanannya buntu. Arah kiblatnya adalah menghadap ke arah kanan jalan. Bagaimana menurut Bapak Andan, apakah dalam Islam ada hal-hal yang mengatur letak rumah yang baik/ tidak membawa aura kurang baik? Bagaimana pandangan Bapak mengenai feng sui dalam Islam? Terima kasih atas jawabannya.

Wasalam,

BFI

Jawaban

Wa'alaikum salam wr. wb.

Sadara BFI yang saya hormati,

Saya juga membaca buku feng sui. Yang saya pahami ia adalah ilmu yang mengatur tata letak bangunan berdasarkan pengaruh alam. Memang ada unsur magisnya. Di arsitektur tradisional juga ada. Rumah tusuk sate yang tidak laku. Rumah 'ngantong semar' yang membawa rejeki karena tanahnya melebar ke belakang.

Saya ambil hal-hal yang berbau teknis. Namun jika sudah hal-hal ghaib, saya menjauh. Itu hak Allah. Arsitek tidak punya ilmu mengatur rezeki orang dan nasib rumah tangga dari bentuk tanah atau bentuk bangunan.

Rumah tusuk sate dapat diperbaiki dengan mengalihkan arah pintu masuk manusia tidak dari posisi tusuk satenya. Beri kerei bambu pada sorotan lampu mobil yang menimpa pintu atau jendela agar lebih privasi. Atau pohon yang rindang juga dapat mengatasinya.

Aura rumah akan tampil secara baik jika faktor teknis tersebut dilaksanakan. Namun jangan salah, aura rumah yang sesungguhnya tampil dari kedekatan kita pada Allah. Murah senyum pada tetangga. Akan membuat rumah enak dipandang karena ingat sang empunya baik hati. Dibandingan rumah gedong dengan segala analisa arsitekturnya yang mapan namun yang punya galak dan bawel.

Ini bukan gombal atau lipstik. Rasul mengajarkannya. 'fal yukrim jarrahu'. Bayangkan, salah satu standar keimanan adalah 'memuliakan tetangga'. Padahal rumah rasul beratapkan pelepah korma.

Prinsipnya kita harus proporsional. Menimbang baik dan buruknya berdasarkan ke-Islaman kita. Ada aura negatif pada kuburan jika kita melihat tatanan di luar. Namun tanah dan rumah di seputar Islamic Center IQRO Pondok Gede melambung tinggi dari sebelumnya. Padahal mereka bertetangga dengan kuburan. Dan dulunya adalah rawa-rawa.

Belajar dari ini, kita punya ayat acuan:

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra'd: 11)

Kalau begitu kita dapat berkonsultasi tentang aura teknis rumah pada arsitek. Lalu aura non teknis pada ustadz. Namun bagaimanapun juga, aura terbesar tetap dilahirkan dari Allah. Istilah kerennya 'inner beauty'. Rumah reyot namun rumah tangga rukun damai. Idealnya memang rumah gedong penghuninya sholeh pula. Namun tak semua isi dunia ini sesuai mimpi kita. Untuk itulah segalanya harus kita yakini akan kembali berpulang dan berserah diri pada Allah.

Tidak percaya? Coba saja perintahkan pada nafas kita untuk berhenti 5 menit saja pada saat kita tidur. Ternyata memang manusia adalah hamba yang lemah. Tanpa diperintah segenap organ tubuh kita berfungsi dengan baik walaupun manusianya tertidur lelap.

Saudaraku,

Semoga analisa ini bermanfaat. Wallahu a'lam bishawab.

Wassalaamu'alaikum wr. wb.

Ir. Andan Nadriasta

Tidak ada komentar: