Ass. wr. wb.
Pak Ustadz, dalam sejarah Islam, ada seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang masuk Islam, tetapi dia mengacak-ngacak Islam dengan trik-triknya. Karena ulah Saba ini maka lahirlah ajaran/mazhab Syiah.
Kalau memang Syiah itu lahir akibat dari trik-trik Abdullah Ibnu Saba, kenapa sekarang Syiahlah yang paling berani menentang Israel? Bandingkan dengan Arab Saudi yang mayoritas Sunni, bahkan ulama Saudi mengharamkan bagi muslim yang membantu perjuangan Palestina dan Hizbullah.
Pemimpin dari golongan Syiah (Iran) bahkan Presidennya pun patut menjadi tauladan bagi muslim di seluruh dunia, di mana mereka hidup dengan kesederhanaan. Bandingkan dengan Raja-raja Arab Saudi yang hidup dengan kemewahan.
Jadi patutkah kita mencontoh perilaku ulama yang berlindung di balik penguasa yang tidak Islami?
Kalau kita mau fair, apakah Islam itu dijalankan dengan benar, maka lihat pemimpinnya. Jika pemimpinya memimpin dengan penuh kesederhanaan, maka di situlah letak kebenaran Islam yang sesungguhnya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Adun
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebaiknya kita tidak terjebak dengan isu syiah sunnah dalam masalah yang sedang kita hadapi sekarang ini. Adanya Abdullah bin Saba' adalah urusan sejarah, tidak ada kaitannya dengan keberadaan muslim syiah dan sunni di masa sekarang.
Abdulah bin Saba' memang tokoh yang telah memporak-porandakan sejarah dunia Islam. Bukti-bukti otentiknya terlalu banyak untuk disebutkan. Akan tetapi kalau kita mengungkap adanya tokoh ini, bukan berarti kita harus menghidupkan permusuhan antara kedua kekuatan umat Islam dewasa ini. Beda antara syiah dan sunnah bukan terletak pada Abdullah bin Saba' semata.
Apa yang sekarang dicapai oleh Hizbullah di Libanon, atau kegagahan pemimpin Iran dewasa ini di hadapan musuh Allah SWT, sama sekali bukan pengaruh kesyiahan mereka. Dan melempemnya pemimpin dunia Arab yang nota bene sunni, juga bukan karena kesunnian mereka.
Bukankah HAMAS itu sunni? Tapi dunia tahu bahwa yang paling ditakuti tentara Israel adalah lemparan batu pasukan Intifadhah, atau ledakan bom syahid mereka.
Jadi ukurannya bukan kesyiahaan atau kesunnian seorang pemimpin, karena realita di lapangan tidak sesuai. Yang membedakan adalah masalah nyali. Kebetulan pemimpin Hizbullah termasuk yang punya nyali, sama dengan pemimpin Hamas juga. Yang satu syiah dan yang satu sunnah, tapi kalau keduanya punya nyali, sama hebatnya.
Khusus buat Iran, sebenarnya belum terbukti benar bahwa pemimpinnya punya nyali. Sekali lagi ini bukan masalah syiahnya. Sebab meski Iran mengklaim punya rudal jarak jauh yang bisa menjangkau Israel, tapi sampai hari ini belum satu pun rudal mereka yang dijatuhkan di Tel Aviv. Padahal tidak ada salahnya bila hal itu dilakukan, hitung-hitung untuk membuktikan bahwa mereka memang benar-benar punya nyali. Kalau baru sekedar main ancam atau mengklaim saja, rasanya belum terbukti benar bahwa mereka punya nyali.
Seharusnya semua rudal milik Iran itu jangan cuma dielus-elus saja, sesekali perlu juga diluncurkan tepat di tengah jantung Tel Aviv. Tidak usah semuanya, separuhnya saja juga boleh, sebagai uji coba. Biar dunia tahu bahwa ternyata Iran punya rudal yang bisa meledak, dan bahwa para pemimpin Iran itu punya nyali betulan.
Nanti kalau PBB, Israel atau Amerika marah-marah, bilang saja, "Wah sori mas, salah pencet. Maksud kita bukan ke Tel Aviv, tapi ada salah prosedur...." Atau bilang saja bahwa untuk memastikan bahwa rudal itu betul-betul bisa melenyapkan suatu kota, kita butuh sebuah kota untuk dihancurkan. Kebetulan yang gampang untuk dijadikan sasaran adalah Tel Aviv, jadi sori banget nih.
Adapun pemimpin Arab yang dikatakan hidup mewah dan sebagainya, semua kita tahu memang demikian keadaannya. Ini mesti diakui dengan jujur, tidak perlu ditutup-tutupi. Tapi sekali lagi bukan karena sunni atau syiah, tetapi hal-hal di luar itu. Dunia toh juga tahu siapakah Shalahudin Al-Ayyubi, yang berhasil membebaskan Al-Aqsha dari pasukan salib Eropa. Sunni apa syiah dia? Toh kita tidak menghina pemimpin syiah sebagai pecundang.
Semoga kemenangan yang Allah berikan kepada umat Islam di Libanon tidak dijadikan komoditi murahan yang malah memundurkan umat, hanya dengan issu syiah sunnah. Sebab pertolongan itu tidak diturunkan untuk syiah atau sunni, tetapi untuk umat Islam semua.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar