Rabu, Juni 14, 2006

Isteri dan Cinta Pertamanya

Ass. wr. wb.

Saya seorang isteri yang sudah menikah 21 tahun dengan dua putera. Sekitar 4 bulan yang lalu saya mengetahui bahwa suami saya telah berhubungan dengan wanita lain selama 4 bulan sebelumnya. Sewaktu saya tanyakan dia menjawab bahwa dia berkenalan dengan wanita tersebut sekitar 5 bulan sebelumnya dan merasa cocok dengannya dalam berkomunikasi masalah bisnis maupun kehidupan beragama.

Selama ini dia tidak pernah mengaku pada saya bawa teman dekatnya itu adalah wanita karena tahu temperamen saya yang dapat menggagalkan usaha-usaha bisnis yang sedang mereka rintis. Dia mengaku juga sering ber-SMS dan sering bercanda-canda yang nadanya sedikit mengarah pada perasaan seperti mengatakan sayang, dan lain-lain. Setelah saya check, memang ternyata sering mereka berhubungan dan ini hanya dari satu nomor saja karena no. lainnya telah dimatikannya. Ketika saya menyuruh dia mencatat kembali isi SMS-SMS tersebut, dia tidak mau dan mengatakan sudah lupa.

Saya sangat merasa direndahkan karena ternyata setelah 21 tahun, saya tidak ada artinya bagi dirinya. Perlu diketahui yang menyampaikan berita itu adalah suami penusaha tersebut. Yang sakit lagi, wanita itu ketika ditanyakan nomor telepon suaminya supaya kita dapat menyelesaikan masalah tesebut mengatakan tidak dapat mengatakannya tanpa izin suaminya. Dan suami saya tidak memaksa dengan mengatakan bahwa selama ini mereka berhubungan suaminya tidak mengetahui. Sehingga untuk saya, dia lebih memperhatikan perasaan wanita tersebut daripada saya, Walaupun menurut suami saya tidaklah demikian. Memang, hubungan mereka belum sampai taraf yang membahayakan karena masing-masing masih ingat dengan keluarganya. Namun, bagi saya, ini sudah merupakan suatu penghianatan dalam kepercayaan yang saya berikan padanya.

Dalam kondisi yang sudah hampir putus asa karena merasa suami lebih bisa terbuka dengan orang lain, lebih sering ingin berkomunikasi dengan wanita tersebut, saya mencoba kembali menghubungi cinta pertama saya yang juga sudah jauh lebih dahulu memilih wanita lain sebagai isterinya sebelum saya menikah. Kenapa saya mencari karena saya ingin mengetahui perasaan yang sebenarnya dari pria tersebut pada saya dan kenapa sampai dia memilih orang lain sebagai pendampingnya.

Ternyata setelah kita bertemu beberapa kali, saya mengetahui bahwa permasalahan sebenarnya adalah pada waktu itu kita berdua tidak pernah terbuka dengan perasaan kita masing-masing sehingga telah beranggapan bahwa yang dirasakan hanyalah sepihak saja. Kini perasaan tersebut terbuka kembali namun kami berdua menyadari bahwa kami juga masih sayang dengan keluarga masing-masing dan tidak akan memecahbelahkan.

Saya sadar bahwa saya berhasil menghubungi pria tersebut karena Allah mengizinkan, dan karenanya yang saya selalu doakan adalah bahwa semoga pertemuan ini membawa berkah bukan dosa bagi agama, hidup dan mati kami berdua. Kami sekarang merasa dekat satu sama lain dan terbuka dalam banyak hal.

Suami saya selalu saya mintai izin apabila ingin bertemu di tempat yang ramai, bahkan mengajaknya tetapi tidak pernah kecuali yang pertama. SMS-SMS sayapun saya biarkan suami melihatnya bila ia menginginkan. Tidak pernah saya hapus, karena saya tidak ingin mengulangi apa yang diperbuatnya pada saya.

Pertanyaan saya, bagaimankah hubungan saya dengan pria ini ditinjau dari segi agama. Hal ini menyangkut perasaan sayang kami berdua yang selama ini tidak pernah terbuka antara satu dan lain sehingga, kami berjalan sendiri-sendiri mencari pasangan hidup kami. Untuk saya, pengaruh pria tersebut dalam saya memilih suami sangat besar karena banyak kesamaan-kesamaan dari sifat suami saya yang sama dengan pria tersebut. saya, mengetahui bahwa isterinya tidak terima dengan hal ini karena memang dia mengetahui siapa saya dan arti saya dalam diri suaminya sebelum mereka menikah.

Saya sering menjustifikasi bahwa saya dan suaminya saling mengenal jauh sebelum dia mengenalnya dan ini tidak sama dengan pengkhianatan suami saya dengan wanita yang baru dikenalnya. Lagi pula apakah ini bisa disebut juga sebagai suatu penghianatan?

Wassalamu'alaikum wr. wb.,

KS

Jawaban:

Assalammu'alikum wr. wb.

Ibu KS yang dirahmati Allah,

Nampaknya ibu sangat kecewa dengan sikap suami yang lebih suka curhat dengan wanita lain dibandingkan ibu. sebagai isteri wajar memang merasa sakit hati ketika suami lebih memilih terbuka pada wanita lain dibandingkan dirinya, apalagi ketika saling 'curhat" itu mengarah kepada kemesraan meski cuma dalam ucapan atau canda. Hubungan antara dua lawan jenis yang terlalu intensif memang dapat menumbuhkan benih-benih cinta dan "curhat" seringkali menjadi awal terjadinya perselingkuhan.

Namun meski ibu merasa sakit hati atas sikap suami yang telah berkhianat, membalas tindakannya dengan sikap yang sama tidak akan semakin memperbaiki keadaan. Oleh karenanya sikap ibu saat ini yang menjalin lagi hubungan dengan mantan kekasih ibu ibarat bermain api. Dan Keterbukaan ibu kepada suami atas hubungan yang terjadi dengan lelaki lain bukan berarti membuat ibu merasa aman atau mencegah terbangkitkan kembali perasaan cinta yang pernah dirasakan dulu. Bukankah pengalaman suami ibu telah membuktikan bahwa keterikatan dengan suami atau isteri pun tidak mencegah datangnya cinta pada pihak lain?

Setiap kejadian, baik atau buruk, hanya akan berarti bagi kita ketika kita tahu bagaimana mengambil pelajaran darinya. Apa yang terjadi antara suami ibu dengan partner kerjanya seharusnya dapat menjadi bahan intropeksi untuk hubungan ibu bersama suami saat ini. Mengapakah suami lebih suka terbuka dengan orang lain dibandingkan ibu? Atau mengapakah saat ini ibu lebih memilih berhubungan kembali dengan mantan ibu dibandingkan mengembalikan hubungan yang harmonis dengan suami?

Pikirkanlah kembali bagaimana menyikapi permasalahan dalam rumah tangga ibu ini. Jadi saran saya berhentilah sejenak untuk kembali menyusun langkah menentukan tindakan apa yang terbaik untuk keluarga. Keharmonisan hubungan suami isteri akan terjalin baik ketika komunikasi berjalan terbuka antara keduanya, tanpa orang letiga.Wallahu'alambishshawab.

Wassalammu'alaikum wr. wb.

Rr Anita W.

Tidak ada komentar: