Kamis, Juni 22, 2006

Benarkah Surat Abasa Teguran kepada Nabi yang Bermuka Masam?


Assalammu'alakum,

Pak ustadz, saya mau menanyakan perihal tafsir surat Abasa. Benarkah tafsir surat itu ditujukan kepada Nabi Muhammad yang sangat sayang kepada fakir miskin dan anak yatim? Jika tafsir itu benar ditujukan kepada beliau bukankah itu sangat kontradiksi dengan ayatQ uran lainnya? Ahlaq nabi adalah al-Quran (al-Hadis).

Pernah ada orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi Isa lebih mulia dibandingkan Muhammad karena Nabi Isa mau mengobati penyakit kusta sedang Nabi Muhammad memalingkan muka dan bermuka masam kepada orang buta. Saya mohon penjelasannya.

Hane Hasanudin

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Tidak ada yang salah dengan surat 'Abasa yang mengisahkan tentang nabi Muhammad SAW bermuka masam. Juga tidak ada yang salah dengan sikap itu bagi seorang nabi Muhammad SAW. Sikap itu adalah sikap manusiawi yang tidak merusak apapun.

Sebaliknya, adanya surat 'Abasa jelas membuktikan bahwa Al-Quran itu bukan karangan nabi Muhammad SAW. Sebab secara sekilas, surat itu memang mengkritik sikap beliau yang bermuka masam terhadap seorang yang minta diajarkan tentang agama yang dibawanya.

Kalau seandainya Al-Quran itu karangan beliau, pastilah tidak akan ada ayat yang mengkritik sikap beliau. Logikanya, mana mungkin seorang pengarang buku menjelekkan diri sendiri dalam bukunya. Satu-satunya kemungkinan adalah bahwa Al-Quran bukan karangan beliau. Dan sesungguhnya memang bukan karangan beliau, melainkan datang dari sisi Allah SWT.

Namun bermuka masam kepada Abdullah bin Ummi Maktum ra. bukan sebuah dosa. Hanya merupakan hal yang kurang layak saja. Namun alasannya juga sangat pantas, yaitu lantaran saat itu beliau SAW sedang sibuk sekali memikirkan bagaimana agar para tokoh Quraisy bisa masuk Islam. Logika sederhananya, bila para tokoh itu bisa masuk Islam, maka orang-orang kecil semacam Abdullah bin Ummi Maktum ini tentu akan mudah.

Logika manusiawi beliau SAW saat itu kira-kira demikian. Dan sebagai manusia biasa, adalah wajar baginya punya nalar sekilas seperti itu. Dan ketika turun ayat yang menegur beliau, tentunya beliau segera melayani permintaan shahabatnya itu.

Dan sama sekali tidak perlu dipersoalkan memang, bahkan meski teguran itu datang lewat ayat Quran yang bersifat abadi, manfaatnya buat kita yang lebih utama justru bukan pada bermuka masamnya, melainkan pada pembuktian bahwa Rasulullah SAW itu bukan penulis Al-Quran, sebagaimana yang sering dituduhkan oleh lawan.

Bahkan Abdullah bin Ummi Maktum ra. sendiri setelah kejadian itu tidak kecil hati, sebaliknya beliau malah merasa bangga. Sebab karena dirinya seorang nabi ditegur tuhannya.

Sampai ketika perang Qadisiyah sepeninggal Rasulullah SAW, shahabat nabi yang buta ini punya permintaan untuk membawa bendera umat Islam di medan tempur. Ketika para jenderal menolaknya lantaran beliau seorang tuna netra, beliau pun mengeluarkan 'ancaman' yang tidak bisa dibantah. "Apakah kalian menolak permintaanku, padahal Rasulullah SAW ketika dahulu menolak permintaanku, langsung ditegur Allah?" Maka bendera itu pun diserahkan kepadanya, meski beliau seorang tuna netra.

Jadi...

Tidak ada yang sakit hati atas turunnya ayat 'Abasa itu, bahkan buat si buta Abdullah bin Ummi Maktum, hal itu justru menjadi kebanggaan tersendiri. Sebab biasanya ayat Quran turun menegur para shahabat atau orang kafir, tapi ada satu ayat yang turun menegur nabi Muhammad SAW, di mana hal itu terjadi lantaran dirinya.

Akan halnya Nabi Muhammad SAW dibandingkan dengan nabi Isa as, tentu saja buat umat Islam tidak ada masalah. Toh nabi Isa as itu adalah nabi juga yang diakui oleh umat Islam juga. Kalau dalam satu dan lain kesempatan, terasa beliau punya kelebihan, kita sebagai umat Islam akan ikut bangga.

Apalagi antara umat Islam dan nabi Isa as. memang punya hubungan 'mesra' tersendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa Nabi Isa as nanti akan muncul dan bergabung bersama umat Islam menjelang hari kiamat. Beliau akan shalat dan berhaji bersama umat Islam, bahkan beliau akan menghancurkan gereja dan patung-patung diri beliau yang selama ini disembah. Beliau bahkan tidak mau dianggap sebagai nabi atau pemimpin umat, sehingga ketika ditawari untuk menjadi imam shalat, beliau akan menolak dan shalat menjadi makmum bersama umat Islam.

Maka kalau ada orang kritsten memuji Nabi Isa as, kita pun bangga. Kita tidak perlu kecil hati, sebab Nabi Isa as adalah nabi kita sekaligus umat Islam juga.

Hanya bedanya, umat Islam tidak pernah menjadikan beliau sebagai tuhan, karena beliau memang bukan tuhan. Sedangkan orang Kristen telah keliru ketika menjadikan beliau sebagai tuhan. Tentunya perbuatan ini menggugurkan iman dan pelakunya kafir dan masuk neraka.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

Tidak ada komentar: