Selasa, Juni 12, 2007

Keturunan Rasulullah dan Habaib

Assalamu'alaikum wr. Wb

Ustadz yang insya Alloh senantiasa diridhoi Alloh, saya mau tanya tentang keturunan rasululloh. Dalam bukuThe true love Muhammad "Khadijah" ada ungkapan bahwa keturunan rasululloh dapat ditemukan dengan mudah saat ini.

Dansejak dulu khususnya dikalangan betawi bahwa para habaib diyakini sebagai keturunan rasululloh, sementara saya pernah mendengar bahwa keturunan rasululloh telah berakhir sampai dengan cucu-cucu beliau yaitu Hasan dan Husein. Mohon penjelasan ustadz untuk masalah ini.

Terima kasih.

Abu Hanif

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Keturunan Rasulullah SAW bisa berarti sangat luas, termasuk para habaib juga termasuk di dalamnya. Sebenarnya mereka berasal dari Yaman, bukan dari Makkah atau Madinah.

Bahkan para pemeluk syiah di Iran, Lebanon dan lainnya pun termasuk keturunan beliau SAW.

Klaim-klaim seperti itu boleh boleh saja, tidak ada yang melarangnya. Asalkan masing-masing bisa mempertanggung-jawabkannya, baik kepada sesama manusia, apalagi kepada Allah.

Kita tidak perlu menghujat atau melecehkan mereka yang mengaku sebagai keturunan Nabi, sebab siapa tahu memang benar. Dan kalau ternyata salah, tentu saja mereka harus mempertanggung-jawabkannya.

Yang lebih penting untuk diingat, meski punya derajat tersendiri dan status sosial yang khusus di tengah masyarakat Islam, namun dalam pandangan hukum dan syariah, tidak ada bedanya antara keturunan nabi atau bukan.

Tidak pernah ada misalnya, kalau keturunan nabi lantas punya fasilitas untuk boleh tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, boleh tidak bayar zakat atau tidak wajib mengerjakan haji. Itu tidak berlaku.

Seorang anak habib juga tetap terkena larangan-larangan yang berlaku buat anak Paijo dan Paimin yang orang Jawa koek. Anak habib tetap diharamkan membuka aurat, mencuri, menipu, berzina, membunuh, berbohong, minum khamar dan semua larangan yang berlaku untuk semua muslim.

Kalau ada anak habib mengaku keturunan nabi Muhammad SAW yang ke-100 misalnya, tetapi kelakuannya lebih mirip keturunan Abu Jahal, maka selain berdosa, dia juga telah mempermalukan diri Rasulullah SAW secara pribadi dan langsung.

Kalau ada tokoh yang disegani mengaku keturunan nabi, tetapi doyan menjalankan hal-hal syirik, berpraktek seperti dukun, menggunakan jin dan segala hal yang berbau syirik, maka dia bukan keturunan nabi lagi. Orang seperti ini tidak perlu dihormati, sebab dia telah menipu orang lain.

Kalau ada orang yang mengaku sebagai keturunan arab, hidung mancung, rambut keriting, lengkap dengan nama keluarganya yang nasabnya bersambung kepada nabi Muhammad SAW, tetapi pekerjaannya mencela orang, mencari-cari kesalahan orang, memaki, menghujat, menuduh kafir atau ahli bid'ah, maka orang seperti ini telah mencaci maki diri sendiri.

Kalau ada kelompok mengaku sebagai ahli bait Rasulullah SAW, tetapi ingkar kepada hadits-hadits nabawi, mencaci maki para shahabat nabi, wabil khusus Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu 'anhum, maka mereka bukan ahlul bait. Sebab belum pernah ada ahlul bait di zaman ketiga khalifah ini hidup yang mencaci maki para shahabat nabi yang mulia.

Yang kerjanya mencaci maki para shahabat yang mulia adalah kalangan zindiq yang berasal dari keturunan Persia, mereka terpaksa masuk ISlam setelah kerajaan mereka ditumbangkan oleh para pahlawan Islam. Di dalam keIslamanan mereka yang pura-pura itulah mereka memainkan peran busuk dan kotor, yaitu menghasud umat Islam sambil mengobarkan api kebencian. Sehingga terjadilah perang Jamal dan Shiffin serta fitnah kubro yang sempat mencoreng sejarah.

Lalu muncul kalangan yang menyimpang dari manhaj yang lurus, kerjanya memaki-maki para shahabat nabi serta memuja-muja ahlul bait. Kemudian berkembang membuat aliran aqidah sendiri yang menyimpang jauh dari apa yang diajarkan oleh Rasululah SAW. Mereka ingkar kepada Al-Quran dan membuat mushaf sendiri. Sampai mereka mengklaim bahwa Jibril salah menurunkan wahyu, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib dan bukan kepada Muhammad, nauzdu billahi min zalik.

Wallahi, mereka bukan keturunan nabi SAW. Mereka adalah para zindiq yang menyamar menjadi muslim. Siapa pun yang berkelakuan seperti ini, mereka pasti bukan keturunan nabi Muhammad SAW.

Bahkan meski anak kandung seorang nabi langsung, namun bila kelakuannya justru bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh sang nabi, maka dia dianggap bukan keturunan nabi. Persis seperti pernyataan Allah SWT kepada anak kandung nabi Nuh alaihissalam yang durhaka.

Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, sesungguhnya nya perbuatan yang tidak baik."(QS. Huud: 47)

Tetapi kalau ada seorang alim yang ilmunya mendalam dan luas, kemampuannya dalam ilmu syariah, tafsir, hadits dan lainnya diakui dunia international, kebetulan secara nasab beliau dinisbahkan kepada sulalah (keturunan) nabi Muhammad SAW, maka wajiblah kita menghormatinya. Pertama, kita menghormati ilmunya. Kedua, kita menghormati keturunannya.

Ulama betawi di zaman dahulu berguru dan mengaji kepada para ulama besar yang kebetulan memang keturunan nabi. Bukan semata-mata keturunannya, tetapi karena ilmunya. Habib-habib di Kwitang adalah salah satu yang bisa kita sebut sebagai soko guru, sumber pertama, sanad awal dari ajaran-ajaran agama Islam yang berkembang di Jakarta dan sekitarnya.

Saat itu, habib di Kwitang bukan sekedar orang yang mengaku anak keturunan nabi, tetapi beliau punya ilmu yang dalam dan luas. Kepada beliau, para kiyai dan ulama se Jakarta belajar. Ilmunya berkah dan kemudian berkembang menjadi ribuan majelis taklim, madrasah, pesantren serta ribuan masjid se Jakarta. Itulah tipologi keturunan nabi yang lurus, berkah dan benar.

Tetapi keturunan arab yang jadi bandarjudi, preman pasar, jagoan alkohol, tukang palak, tukang tipu, makelar tanah dan sebagainya juga banyak. Mereka seharusnya malu kalau mengaku-ngaku sebagai anak keturunan nabi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

7 komentar:

elfan mengatakan...

Apa yg diuraikan tulisan di atas, mengingatkan saya pada sejarah kaum Yahudi dengan kaum Nasrani, dimana kedua kelompok ini, saling klaim tentang keberadaan Nabi Ibrahim As. Kaum Yahudi mengklaim, bahwa Nabi Ibrahim As. itu adalah termasuk ke dalam golongan Yahudi, lalu yang kaum Nasraninya juga mengklaim bahwa Nabi Ibrahim itu adalah golongannya, kaum Nasrani.

Dengan adanya perseteruan kedua belah pihak tersebut, maka datanglah Al Quran, lalu Allah SWT berfirman: "Ibrahim bukan Yahudi dan bukan (pula) Nasrani,.........(QS. 3:67)

Begitu juga halnya dengan masalah keberadaan 'ahlul bait', disatu pihak ada kaum yang mengklaim bahwa merekalah yang satu-satunya berhak 'mewarisi' mahkota atau tahta keturunan 'ahlul bait'. Ee pihak kaum yang satunya juga tak mau kalah bahwa merekalah yang pihak pewaris tahta keturunan 'ahlul bait'. Dalil kedua pihak ini, sama-sama merujuk pada peran dan keberadaan dari Bunda Fatimah, anak Saidina Muhammad SAW bin Abdullah, sebagai 'ahlul bait' yang sesungguhnya dan sering dianggap oleh sebagian besar umat Muslim sebagai pewaris 'keturunan nabi atau rasul'.

Jika kita merujuk pada Al Quran, yakni S. 11:73, 28:12 dan 33:33 maka Bunda Fatimah ini tinggal 'satu-satu'-nya dari beberapa saudara kandungnya. Benar, jika beliau inilah, salah satu pewaris dari tahta ahlul bait. Sementara saudara kandungnya yang lainnya, tidak ada yang hidup dan berkeluarga yang berumur panjang.

Begitu juga, terhadap saudara kandung Saidina Muhammad SAW juga berhak sebagai 'ahlul bait', tapi sayang saudara kandungnya juga tidak ada karena beliau adalah 'anak tunggal'. Apalagi kedua orangtua Saidina Muhammad SAW, yang juga berhak sebagai 'ahlul bait', tetapi sayangnya kedua orangtuanya ini tak ada yang hidup sampai pada pengangkatan Saidina Muhammad SAW bin Abdullah sebagai nabi dan rasul Allah SWT.

Kembali ke masalah Bunda Fatimah, karena tinggal satu-satunya sebagai pewaris tahta 'ahlul bait', maka timbullah masalah baru, bagaimana pula status dari anak-anak dari Bunda Fatimah yang bersuamikan Saidina Ali bin Abi Thalib, keponakan dari Saidina Muhammad SAW, apakah anak-anaknya juga berhak sebagai 'pewaris' tahta ahlul bait?.

Dengan meruju pada ketiga ayat di atas, maka karena Bunda Fatimah adalah berstatus sebagai 'anak perempuan' dari Saidina Muhammad SAW, dan dilihat dari sistim jalur nasab dengan dalil QS. 33:4-5, maka perempuan tidak mempunyai kewenangan untuk menurunkan nasabnya. Kewenangan menurunkan nasab tetap saja pada kaum 'laki-laki', kecuali terhadap Nabi Isa As. yang bernasab pada bundanya, Maryam.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa menurut konsep Al Quran, bahwa kita tidak mengenal sistim pewaris nasab dari pihak perempuan, artinya sistim nasab tetap dari jalur laki-laki. Otomatis Bunda Fatimah walaupun beliau adalah 'ahlul bait', tidak bisa menurunkan nasabnya pada anak-anaknya dengan Saidina Ali bin Abi Thalib. Anak-anak dari Bunda Fatimah dengan Saidina Ali, ya tetap saja bernasab pada nasab Saidina Ali saja.

Kesimpulan akhir, bahwa tidak ada pewaris tahta atau mahkota dari AHLUL BAIT, mahkota ini hanya sampai pada Bunda Fatimah anak kandung dari Saidina Muhammad SAW. Karena itu, kepada para pihak yang memperebutkan mahkota ahlul bait ini kembali menyelesaikan perselisihan fahamnya. Inilah mukjizat dari Allah SWT kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, sehingga tidak ada pihak hamba-Nya, manusia yang mempunyai status istimewa dihadapan Allah SWT, selain hamba pilihan-Nya, nabi, rasul dan hamba-Nya yang takwa, muttaqin.

semoga Allah SWT mengampuni saya.

Unknown mengatakan...

jangan buat penjelasan sepihak, anda boleh berpendapat seperti itu, tapi hargailah pendapat yang lain..
Menurut ilmu yang kami ketahui dzurriyyat/habib/keturunan nabi itu di hormati dan dicintai karena alasan "darah daging nabi", bukan karena ilmu dan keshalihan nya, karena dalilnya gak menerangkan ke arah shalih atau ilmu, melainkan "keturunan" , untuk masalah cinta dan menghormati orang shalih atau ulama itu konteksnya lain, jadi jangan di kaburkan dong !
Adapun soal amal/perbuatan mereka, ya itu urusan mereka, kita gak dipinta nabi untuk mencibir/mencela nya, nabi perintahkan kepada kita semua untuk mengajak berbuat baik/taat, dan melarang yang buruk/maksiat.
Memang syariat / hukum agama tetap berlaku sama pada siapapun, namun untuk urusan hati kita gak boleh berubah yaitu "cinta&hormat", ini urusan aqidah, jgn kotori aqidah anda, cinta dan hormat mesti selalu ada bahkan kepada seluruh muslim, bahkan keseluruh makhluk, hanya bentuk nyatanya saja yang berbeda2..
Jadi hati2 lah ketika anda berpendapat, ini bukan hal remeh lho..

Unknown mengatakan...

kalau anda mau berargumen jangan disini, kturunan nabi itu justru di turunkan melalui sayyidah fatimah zahro, ada hadist, ada ayat..
Silahkan jika anda ingin mengetahuinya datang ke rumah saya, gak elok lah bicara disini..

Anonim mengatakan...

Handala --> hahaha... sudah dibutakan sama habib doi. Sampai sewot gitu..

Keturunan Rasul kok masih menganut hal2 yg bid'ah.

Saya dulu, sering ikut ceramah yg namanya "habib."(ada beberapa habib dan orng2nya yg lg ngetrend+potonya eksis dijalan2)

Tapi setelah saya tahu mereka meminta bayaran jutaan untuk ceramah agama dan masih menghalalkan bid'ah.. lalu saya keluar.

Alhamdulillah,kini saya bersyukur setelah bergabung dengan Muhammadiyah. Ustadz+penceramahnya ga matrealistis dan ajarannya menjauhi bid'ah.

Anonim mengatakan...

hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani, Al-Hakim dan Rafi’i :

فإنهم عترتي, خلقوا من طينتي ورزقوا فهمي و علمي, فويل للمكذّبين بفضلهم من أمتي القاطعين منهم صلتي لا أنزلهم الله شفاعتي

‘… maka mereka itu keturunanku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuannku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa’atku.’

---------

Rasulullah bersabda :

كلّ نسب وصهر ينقطع يوم القيامة إلا نسبي و صهري

‘Semua hubungan nasab dan shihr (kerabat sebab hubungan perkawinan) akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab dan shihr-ku‘

Al-Baihaqi, Thabrani dan yang lain meriwayatkan bahwa ketika Umar bin Khattab ra meminang puteri Imam Ali ra yang bernama Ummu Kulsum, beliau berkata :

‘Aku tidak menginginkan kedudukan, tetapi saya pernah mendengar Rasulullah saw berkata : ‘Sebab dan nasab akan terputus pada hari kiyamat kecuali sababku dan nasabku. Semua anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada ayah mereka kecuali anak Fathimah, akulah ayah mereka dan kepadaku mereka bernasab.’ Selanjutnya Umar ra berkata lebih lanjut : Aku adalah sahabat beliau, dan dengan hidup bersama Ummu Kulsum aku ingin memperoleh hubungan sabab dan nasab (dengan Rasulullah saw)’.

elfan mengatakan...

dlm al Quran tidak dikenal istilah keturunan nabi apalagi rasul. Coba simak QS. 19:58 terjemahannya sbb.: [19:58]

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

Jadi istilah yang benar ya nama dari tokoh nabi atau rasul seperti keturunan Ibrahim, Ishak, Ya'kub dan Muhammad SAW artinya bukanlah nama jabatannya. Lalu timbul pertanyaan adakah keturunan Saidina Muhammad SAW itu sendiri?

Ya kalau disimak QS. 33:4-5, jelas nasabnya itu hanya melalui laki-laki. sementara Saidina Muhammad SAW tidak mempunyai anak lelaki yang hidupnya sampai tingkat dewasa dan berkeluarga. Otomatis, Saidina Muhammad SAW tidak mempunyai keturunannya.

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum wr wb
saudaraku,,boleh ya saya sedikit curhat.. mohon bimbingan dan pendapatnya, teman dekat saya mengikuti apa yg dikatakan dan dilakukan oleh abang sepupunya yg kata nya bergelar habib.. mulai dari tidak melakukan solat lagi, minum-minum, pokoknya yg setau saya dilarang itu dilakukannya, saya sudah melarangnya sambil memohon dan menangis,, ambil yg baek dan bermafaat buang yang buruk, tp kata teman dekat saya habib itu harus dihormatii. apakah sampai yg dilakukan beliau sprt tidak solat, minum-minum jg ditiru..? dan apa mungkin ada habib palsu,,? apa yg membuat beda habib dengan orang seperti kami? karena orang yg mengaku habib disini sering melakukan hal yg dilarang Alloh, shg banyak orang yg meniru, tidak seperti habib2 yg lain yang mengajarkan kita tentang indahnya islam..
maaf jikalau pertanyaan saya ada yg menyinggung,, sungguh saya hanya mencari kebenaran aja.. saya sering menangis melihat teman dekat saya tidak menjalankan solat,sering tidak menghargai orang yg berpendapat tentang islam gara2 dia dekat dengan orng yg bergelar habib itu..
sebentar lagi saya dan teman dekat saya menikah, saya hanya ingin mempunyai keluarga yang sakinah mawadah warohmah itu aja, dan teman dekat saya bs menjadi imam yg baek. Tolong bantu saya.. :(
wassalam