Oleh Redi Bintarto
“I will follow and catch you up later in the heaven.” Itulah kalimat yang diucapkan Julia, seorang ibu dengan rambut pirang di depan peti mayat anaknya. Ditaruhnya sebuah alquran di atas peti mati anak tersayangnya yang meninggal tiga hari yang lalu karena tertabrak kereta api.
Hati Julia tidak tenang, jiwanya terus memberontak dan bertanya, kenapa anak sekecil itu yang mati duluan, kenapa bukan dia yang mati. Hari-harinya berlalu tanpa ada semangat dalam hidupnya, hingga dia bertemu dengan Muhammad, seorang sopir taksi yang biasa berlalu lalang disekitar kota Wollongong untuk mengantarkan penumpang demi menghidupi keluarganya.
Pertemuan Julia dan Muhammad berawal di sebuah stasiun ketika Julia melambaikan tangan kearah taksi yang dikendarai oleh Muhammad. Muhammad lalu menghampiri Julia dan membukakan pintu seperti biasa dia melayani calon penumpangnya. Julia sedikit kaget dengan penampilan Muhammad yang berjenggot lebat, seraya dia bertanya, “Are you Moslem?” Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak biasa dilontarkan oleh calon penumpang taksi, karena dengan berbagai kejadian yang menimpa kebanyakan muslim di negeri yang bukan muslim, sehingga Muhammad sedikit tersinggung dan kaget, Ia pun balik bertanya, “Yes I am, and why did u ask me?”
Mengetahui sopir taksi yang ditanyai sedikit tersinggung, Juliapun tersenyum dan bilang, “Could you help me please?” Muhammad pun menjadi terheran dengan calon penumpangnya tersebut.
Tetapi sebelum dia sempat bertanya, Julia meneruskan pertanyaannya, “My daughter passed away five days ago, she had crashed by the train, and I can’t forget it, I believe it is destiny, I believe in Alloh. Please give me advise that it can kill my broken heart”.
“Are you moslem?” Muhammad balik bertanya. “No, I am not a moslem, but I believe it is destiny and I believe Alloh,” jawab Julia.
Muhammad bingung, ia hanya memandangi wanita yang tengah menangis dan mengiba tersebut. “Ok, let sit in my taxi, we chat inside,” kata Muhammad sambil mempersilahkan Julia memasuki taksinya.
Dalam perjalanan Muhammad bertanya kepada Julia, bagaimana dia bisa percaya takdir dan juga Alloh SWT. Juliapun menjelaskan, bahwa suami pertamanya adalah seorang muslim berkebangsaan Tunisia, namun suaminya pergi kembali ke Tunisia dan tidak kembali, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Lorrice, seorang warga Australia yang beragama nasrani, dan mereka dianugerahi seorang anak perempuan yang akhirnya meninggal tertabrak kereta api di sebuah stasiun kereta api di daerah NSW.
Muhammad lalu menjelaskan kepada Julia, bahwa semua yang ada didunia ini adalah milik Alloh SWT dan kelak akan kembali kepada Alloh SWT. Dia juga menjelaskan bahwa anak yang meninggal ketika belum baligh, maka dia akan masuk surga seperti yang Alloh janjikan.
Julia menangis mendengar penjelasan itu. “Could I met her in the heaven next?” tanya Julia. “World and Heaven are Alloh’s have, you can enter the heaven and meet your daughter if you convert to Islam and practice all of what Alloh order to mankinds,” kata Muhammad.
“Could you explain to me about Islam?” Tanya Julia. “I can, but if you don’t mind, you can meet my brother, and he will explain to you more about Islam,” jawab Muhammad. “Ok, I will come, please call me as soon as possible when he could” jawab Julia. “Insyaalloh” jawab Muhammad.
Pertemuan itupun terjadi, Muhammad mengajak Syah Jamil, penceramah dari Essence of Life, kelompok pengajian di daerah Illawara yang biasa dilakukan di Omar Mosque dan Essence life center di daerah Wollongong NSW. Syekh Jamil bercerita dan menjelaskan tentang Islam dan mengapa hanya Islam agama yang benar, hingga hari itu juga Julia dan Lorrice memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat di dalam Omar Mosque.
Air mata Julia pun menetes dipipinya, “I never felt like this time, now I am a moslem and I do sure that I will follow and catch up my daughter later in the heaven,”kemudian ia memeluk Lorrice suaminya. Suasana pun semakin mengharukan dengan para jamaah yang mengucapkan selamat dan doa untuk keduanya. Allohuakbar!
Redi Bintartor_bintarto@yahoo.com
Wollongong, NSW
“I will follow and catch you up later in the heaven.” Itulah kalimat yang diucapkan Julia, seorang ibu dengan rambut pirang di depan peti mayat anaknya. Ditaruhnya sebuah alquran di atas peti mati anak tersayangnya yang meninggal tiga hari yang lalu karena tertabrak kereta api.
Hati Julia tidak tenang, jiwanya terus memberontak dan bertanya, kenapa anak sekecil itu yang mati duluan, kenapa bukan dia yang mati. Hari-harinya berlalu tanpa ada semangat dalam hidupnya, hingga dia bertemu dengan Muhammad, seorang sopir taksi yang biasa berlalu lalang disekitar kota Wollongong untuk mengantarkan penumpang demi menghidupi keluarganya.
Pertemuan Julia dan Muhammad berawal di sebuah stasiun ketika Julia melambaikan tangan kearah taksi yang dikendarai oleh Muhammad. Muhammad lalu menghampiri Julia dan membukakan pintu seperti biasa dia melayani calon penumpangnya. Julia sedikit kaget dengan penampilan Muhammad yang berjenggot lebat, seraya dia bertanya, “Are you Moslem?” Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak biasa dilontarkan oleh calon penumpang taksi, karena dengan berbagai kejadian yang menimpa kebanyakan muslim di negeri yang bukan muslim, sehingga Muhammad sedikit tersinggung dan kaget, Ia pun balik bertanya, “Yes I am, and why did u ask me?”
Mengetahui sopir taksi yang ditanyai sedikit tersinggung, Juliapun tersenyum dan bilang, “Could you help me please?” Muhammad pun menjadi terheran dengan calon penumpangnya tersebut.
Tetapi sebelum dia sempat bertanya, Julia meneruskan pertanyaannya, “My daughter passed away five days ago, she had crashed by the train, and I can’t forget it, I believe it is destiny, I believe in Alloh. Please give me advise that it can kill my broken heart”.
“Are you moslem?” Muhammad balik bertanya. “No, I am not a moslem, but I believe it is destiny and I believe Alloh,” jawab Julia.
Muhammad bingung, ia hanya memandangi wanita yang tengah menangis dan mengiba tersebut. “Ok, let sit in my taxi, we chat inside,” kata Muhammad sambil mempersilahkan Julia memasuki taksinya.
Dalam perjalanan Muhammad bertanya kepada Julia, bagaimana dia bisa percaya takdir dan juga Alloh SWT. Juliapun menjelaskan, bahwa suami pertamanya adalah seorang muslim berkebangsaan Tunisia, namun suaminya pergi kembali ke Tunisia dan tidak kembali, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Lorrice, seorang warga Australia yang beragama nasrani, dan mereka dianugerahi seorang anak perempuan yang akhirnya meninggal tertabrak kereta api di sebuah stasiun kereta api di daerah NSW.
Muhammad lalu menjelaskan kepada Julia, bahwa semua yang ada didunia ini adalah milik Alloh SWT dan kelak akan kembali kepada Alloh SWT. Dia juga menjelaskan bahwa anak yang meninggal ketika belum baligh, maka dia akan masuk surga seperti yang Alloh janjikan.
Julia menangis mendengar penjelasan itu. “Could I met her in the heaven next?” tanya Julia. “World and Heaven are Alloh’s have, you can enter the heaven and meet your daughter if you convert to Islam and practice all of what Alloh order to mankinds,” kata Muhammad.
“Could you explain to me about Islam?” Tanya Julia. “I can, but if you don’t mind, you can meet my brother, and he will explain to you more about Islam,” jawab Muhammad. “Ok, I will come, please call me as soon as possible when he could” jawab Julia. “Insyaalloh” jawab Muhammad.
Pertemuan itupun terjadi, Muhammad mengajak Syah Jamil, penceramah dari Essence of Life, kelompok pengajian di daerah Illawara yang biasa dilakukan di Omar Mosque dan Essence life center di daerah Wollongong NSW. Syekh Jamil bercerita dan menjelaskan tentang Islam dan mengapa hanya Islam agama yang benar, hingga hari itu juga Julia dan Lorrice memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat di dalam Omar Mosque.
Air mata Julia pun menetes dipipinya, “I never felt like this time, now I am a moslem and I do sure that I will follow and catch up my daughter later in the heaven,”kemudian ia memeluk Lorrice suaminya. Suasana pun semakin mengharukan dengan para jamaah yang mengucapkan selamat dan doa untuk keduanya. Allohuakbar!
Redi Bintartor_bintarto@yahoo.com
Wollongong, NSW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar