Selasa, Mei 29, 2007

Apa Prioritas Dakwah Dalam Islam yang Shahih?

Assalamu 'alaikumwr wb,

Ada beberapa yangingin sy tanyakan:

Apakah prioritas dalam berdakwah harus selalu dari aqidah?, karena ada sebagian kaum musliminyangmenekankan aqidah, tetapi menafikan yang muslimin yang lain yang berbeda dalam menentukan prioritas da'wahnya?

Syukron katsir,

Wass

Idrus Ali
idrus_ali at eramuslim.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau kita bicara aqidah dalam kaitannya dengan langkah dan strategi dakwah, barangkali yang lebih tepatnya bukan prioritas atau mana yang harus didahulukan, tetapi aqidah adalah landasan yang perlu dibangun dengan baik dan kokoh. Sedangkan mana yang harus didahulukan untuk awalnya, kita sesuaikan dengan kebutuhan real di lapangan.

Misalnya, orang yang sedang ditimpa bencana alam dan rumahnya roboh, masak sih kita ceramahi tentang bahaya syirik? Tentu dakwah untuk mereka kita mulai dari memberi bantuan berupa makanan, pakaian bersih, rumah tempat tinggal, pengobatan gratis dan seterusnya.

Preman insyaf yang tidak punya penghasilan halal, perlu kita carikan pekerjaan halal yang mampu dikerjakannya. Itu lebih utama untuk kita perioritaskan ketimbang kita membahas bab-bab yang membatalkan syahadat. Buat apa bicara tentang syahadat secara panjang dan lebar, sementara kebutuhan hidupnya senin kamis dan teman-teman premannya menawarkan bisnis barang haram?

Petani miskin yang setiap hari dimiskinkan oleh sistem, panennya gagal diserang hama, hartanya habis dilahap rentenir, tentu perlu diberikan jalan keluar yang tepat ketimbang kita tatar dengan materi rububiyatullah, uluhiyatullah serta asma' wa shifat.

Jadi dakwah itu seharusnya memberi solusi dunia dan akhirat. Bukan hanya urusan aqidah semata. Meski aqidah itu merupakan landasan yang penting untuk dibangun secara kokoh, namun bukan berarti pintu gerbang utama dakwah itu harus selalu aqidah dan aqidah saja.

Bahkan boleh jadi jendela pertama kita menjalin hubungan kontak dengan objek dakwah lewat hal-hal yang sepele, misalnya kebetulan kepada teman yang punya hobi sama, atau kebetulan jadi rekan dagang dan bisnis, atau kebetulan langganan cukur rambut di pengkolan jalan.

Pembicaraan tidak harus selalu dimulai dari tema berat tentang aqidah, tetapi dari tema apa saja, syukur-syukur yang bisa memberi solusi nyata dan instan.

Akan tetapi kita tidak menafikan bahwa untuk membangun pribadi muslim yang baik, sisi aqidah perlu dibenahi secara baik. Namun tetap ada kisi-kisinya, sehingga kita masih bisa membedah lagi, pada bagian mana dari aqidah itu yang perlu ditekankan. Mana yang harus didahulukan dan mana yang masih mungkin terjadi beda pendapat.

Mengingat tidak semua materi dan point-point aqidah menjadi batas iman dan kufur, ada sebagian dari materi yang sebenarnya termasuk aqidah, namun tidak mengurangi nilai iman atau menambahinya. Seperti nama-nama surga dan neraka, meski termasuk bagian aqidah, tetapi bila ada orang yang tidak hafal nama-nama itu, tidak mengurangi nilai aqidahnya. Demikian juga dengan nama-nama malaikat, nabi dan seterusnya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Tidak ada komentar: